Kamis, 29 Maret 2018

Membahas Tafsir sesat Misionaris tentang Qs Az Zukhruf ayat 61

وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِّلسَّاعَةِ فَلَا تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُونِ ۚ هَٰذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيمٌ

Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.”
Qs Az Zukhruf ayat 61

Adalah salah satu ayat favorit kaum misionaris dalam mendangkalkan aqidah umat islam. mereka suka sekali menyitir ayat ini jika menulis tentang klaim bahwa ‘ketuhanan yesus menurut al Quran’.
banyak argumen yang ditulis membantah tafsir sesat kalangan misionaris ini, salah satunya yang ditulis oleh ustadz iskandar zulkarnain dari blog mudzaakarah.blogspot.com
berikut bantahan ustadz iskandar zulkarnain :
Komentar terhadap pernyataan orang nasrani di situs “http://kristolog.com/2014/05/01/debat-6-jurus-pamungkas-christian-part-1/” dengan sedikit koreksi.
Kami akan menukilkan komentar kami terhadap pernyataan orang nasrani dalam situs tersebut disertai sedikit koreksi. Dan untuk mengetahui konteksnya, maka bacalah apa yang termuat di situs tersebut. Tanda pengkoreksian kami adalah (Koreksi:…).
Komentar kami:
((
iskandar zulkarnain
Mei 1, 2014 pukul 23:46
Kalau begitu Adam ‘alaihissalaam lebih mulia daripada ‘Isa ‘alaihissalaam, karena Adam diciptakan tanpa ayah dan ibu. Lalu kalau begitu Musa ‘alaihissalaam juga lebih mulia daripada ‘Isa ‘alaihissalaam karena Musa dapat mengubah tongkat menjadi ular beberapa kali dengan izin ALLAH dan bagian tubuh kerbau yang disembelih karena perintah ALLAH melalui lisan Musa ‘alaihissalaam dapat membangkitkan orang mati.
iskandar zulkarnain
Mei 1, 2014 pukul 23:57
Lihat Aali ‘Imroon ayat 59, al-A’rof 107 dan 117, dan al-Baqoroh 67-73.
iskandar zulkarnain
Mei 2, 2014 pukul 00:27
Kalau tentang az-Zukhruf ayat 61, kalau isim isyaaroh Haadzaa kembali kepada ‘Isa maka Shiroot itu khobar bagi isim isyaaroh tersebut, sehingga mustaqiim itu menjadi sifat bagi Shiroot. Sehingga tafsirnya: Ini (yaitu ‘Isa) adalah salah satu jalan yang lurus.
Kenapa mesti ditafsirkan dengan salah satu jalan yang lurus, bukan jalan yang lurus saja?
Karena Shiroot itu nakiroh dalam siyaq itsbaat jadi menurut ilmu ushul fiqh, Shiroot itu lafaz mutlaq bukan umum. Jadi artinya bukan setiap jalan yang lurus. Berarti ada Nabi lainnya yang disifati dengan jalan yang lurus.
Shiroot di sini nakiroh dan tentu saja tidak dima’rifatkan dengan “Alif” dan “Laam”. Jadi Shiroot di sini tidak bisa ditafsirkan dengan “Shirot yang itu” (Jalan yang itu). Jadi tidak bisa dikembalikan “yang itu”-nya ke Surat al-Fatihah. Juga tidak bisa ditafsirkan dengan “Sebenar-benarnya jalan yang lurus”, karena tidak dima’rifatkan dengan “al-Laam al-Kamaaliyyah”. (Koreksi: bisa juga dikatakan “al-Alif dan al-Laam al-Kamaaliyyah”).
iskandar zulkarnain
Mei 2, 2014 pukul 00:52
Lalu ‘Isa ‘alaihissalaam tidak bisa ikhbarkan dengan Shiroot. Karena Shiroot itu isim jaamid, bukan masdar, bukan isim faa’il, bukan isim maf’uul, dan bukan isim sifat. Karena artinya dalam bahasa arab menjadi aneh: ‘Isa itu jalan yang diinjak-injak manusia.
Kalau isim isyaaroh haadzaa kembali kepada ‘Isa, maka seharusnya ayatnya: “Haadzaa Saalikun Shirooton mustaqiimaan” (Ini, yaitu ‘Isa, menempuh jalan yang lurus). Atau “Haadzaa ‘alaa Shirootin mustaqiimin” (Ini, yaitu ‘Isa, berada di atas jalan yang lurus). Sedangkan kalau menentukan ada yang mahdzuuf dalam ayat yang sudah merupakan kalimat sempurna, yaitu “Saalikun” atau “‘alaa” berarti mengada-ada alias berdusta. Kecuali kalimatnya belum sempurna. Sedangkan kalimat “Haadzaa shirootun mustaqiim” itu merupakan kalimat yang sudah sempurna dalam bahasa arab.
iskandar zulkarnain
Mei 2, 2014 pukul 01:43
Kalau ada yang berkata “Isa itu jalan yang lurus” (‘Isa shirootun mustaqiimun), maksudnya adalah dengan mengikutinya, maka kita selamat atau berada di atas jalan yang lurus.
Jawab: Tamsil demikian tidak pernah dikenal oleh orang arab. Karena tamsil yang benar adalah “Isa itu berada di atas jalan yang lurus” artinya adalah ‘Isa itu benar. Bahasa arabnya adalah “‘Isa ‘alaa shirootin mustaqiim”. Seperti perkataan di bawah ini:
أميرُ المؤمنين على صِراطٍ … إذا اعْوَجَّ المَوارِدُ مستقيمِ
Maksudnya Amiirul Mukminiin berada di atas jalan yang jelas dan benar ketika orang-orang menempuh jalan yang berkelok dan salah.
Perkataan seperti ini dijadikan tamsil bagi orang benar.
Karena arti dari “Shiroot itu” adalah “Thoriiq waadhih” (jalan yang jelas). Sedangkan pembahan sifat “Mustaqiim” menjadikannya: “Jalan yang jelas dan benar”. Karena arti dari “Mustaqiim” adalah “Benar dan tidak ada salahnya”. Lihat tafsir at-Thobari 1/74-75. (Koreksi: jalan yang jelas dan benar adalah maksud dari jalan yang lurus).
iskandar zulkarnain
Mei 2, 2014 pukul 01:48
‘Afwan salah ketik, “Sedangkan pembahan sifat “Mustaqiim”” seharusnya “Sedangkan penambahan sifat “Mustaqiim””.
iskandar zulkarnain
Mei 2, 2014 pukul 02:41
Terdapat ayat dalam Qur’an yang menyatakan Nabi Muhammad shollalloh ‘alaihi wasallam berada pada jalan yang lurus, seperti:
{قُلْ إِنَّنِي هَدَانِي رَبِّي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ} (Surat al-An’aam ayat 161).
“Katakanlah wahai Muhammad: ‘Sesungguhnya saya diberikan petunjuk oleh Robb-ku ke jalan yang jelas dan benar’”.
Kata “Shiroot’ dalam bahasa arab biasa dijadikan khobar bagi isim jamid dan mashdar. Bukan khobar bagi orang tertentu seperti yang sudah dibahas.
Yang paling tepat untuk tafsir “Haadzaa shirootun mustaqiim” pada ayat 61 dari surat az-Zukhruf adalah bahwasanya “Haadzaa kembali kepada mashdar yang terpendam (Kaamin) pada fi’il amr “ittabi’uuni” yaitu “Ittibaa’”, jika diidofahkan kepada domir “ya” mutakallim menjadi “Ittibaa’ii”.
Yaitu “Berittibaa’ kepada Saya (yaitu Alloh) merupakan jalan yang lurus dan benar.
Karena kalau kembali kepada “‘ilmun” maka terlalu jauh dan artinya aneh, yaitu: “Pengetahuan tentang kiamat merupakan jalan yang lurus”. (Koreksi: yang benar adalah “Pengetahuan bagi hari kiamat merupakan jalan yang lurus”, maka artinya benar-benar aneh).
Ini akan jelas bagi yang paham bahasa arab dan ushul fiqh.
))
Ini adalah komentar kami dalam situs tersebut. Semoga para ikhwah dapat mengambil pelajaran darinya dalam bidang Bahasa Arab dan Ushul Fiqh.
TERTANDA:
Iskandar Zulkarnain
diolah dari Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar