Kedua

Keyakinan para salaf rahimahullâhu bahwa al-
Kitâb dan as-Sunnah mencakup aqidah yang benar yang tidak ada cela pada
keduanya di segala aspeknya.
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ
لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ
دِيناً
“Pada hari ini telah kusempurnakan bagi kalian agama
kalian” (yaitu aqidah, ibadah dan akhlak,) “dan Aku sempurnakan bagi kalian
nikmat-Ku serta Aku ridhai Islâm sebagai agama kalian.” (QS al-Mâ`idah [5]: 3)
Telah dijelaskan semuanya di dalam al-Kitâb dan
as-Sunnah segala sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia, baik yang berkaitan
aqidah, ibadah, mu’amalah, akhlaq dan tingkah laku. Sebagaimana di dalam sebuah
hadits yang shahih dari Nabi Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam :
إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبِيٌّ
قَبْلِي إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَيْهِ أَنْ يَدُلَّ أُمَّتَهُ عَلَى خَيْرِ مَا
يَعْلَمُهُ لَهُمْ، وَيُنْذِرَهُمْ شَرَّ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ
“Sesungguhnya tidak ada Nabi sebelumku melainkan wajib
atasnya untuk menunjukkan umatnya kepada kebaikan yang ia ketahui, dan
memperingatkan mereka dari keburukan yang ia ketahui.” (Shahîh Muslim:
1844)
Ketika Ahlus Sunnah beriman dengan keimanan yang
sempurna dan tunduk ridha dengan keridhaan yang totalitas bahwa agama mereka
adalah aqidah, ibadah dan akhlaq yang dijelaskan di dalam al-Qur`ân dan
as-Sunnah dengan sejelas-jelasnya, merekapun beriltizam (menetapi)
dengan sebenar-benarnya dan menaruh kepercayaan mereka dengan sungguh-sungguh
kepada segala hal yang datang di dalam Kitabullâh dan Sunnah Nabi-Nya Shallâllâhu
‘alaihi wa Sallam serta mereka tidak butuh lagi merujuk kepada selain yang
datang dari Kitâbullâh dan Sunnah Nabi-Nya Shalawâtullâhi wa Salâmuhu
‘alaihi dan mereka merasa mantap dengan sebenar-benarnya terhadap
Kitâbullâh dan Sunnah Nabi-Nya Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam, maka akan
termanifestasikan keselamatan kepada mereka secara sempurna.
Syaikhul Islâm Ibnu Taimiyah rahimahullâh
berkata :
بين جميع الدين؛ أصوله
وفروعه، باطنه وظاهره، علمه إن رسول الله وعملَه، فإن هذا الأصل هو أصل أصول العلم
والإيمان، وكل من كان أعظم اعتصاماً ذا الأصل كان أولى بالحق علماً وعملاً (مجموع
الفتاوى 155/19)
“Sesungguhnya Rasulullah Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam
telah menjelaskan segala hal di dalam agama, baik yang ushul (pokok/dasar)
maupun yang furu’ (cabang), yang bâthin maupun yang zhâhir, atau pada keilmuan
(aqidah) maupun amalan. Karena dasar ini merupakan dasar dari pokok-pokok ilmu
dan keimanan, dan setiap orang yang paling berpegang teguh dengan pokok
ini,maka ia adalah orang yang lebih utama di dalam kebenaran ini, baik ilmu
(aqidah) maupun amalan.” (Majmu’ Fatâwâ XIX/155)
Yang dimaksud dengan pokok/dasar di sini adalah
kepercayaan dan penyandaran yang sempurna terhadap Kitâbullâh dan Sunnah
Nabi-Nya Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam, karena keduanya telah menjelaskan
agama seluruhnya, baik aqidah, ibadah maupun akhlak.
Kitâbullâh dan Sunnah Rasulullâh telah menjelaskan
secara cermat lagi mudah hal yang berkaitan dengan Adab (etika), seperti adab
buang hajat, adab bersuci, adab bermu’amalah (berinteraksi) dan semisalnya.
Apakah mungkin jika adab-adab ini dijelaskan di dalam
Kitâbullâh dan Sunnah namun masalah keyakinan ditinggalkan tanpa dijelaskan?!
Hal ini suatu hal yang mustahil sebagaimana diutarakan
oleh Imâm Mâlik bin Anas, yang bergelar Imâm Dârul Hijrah rahimahullâhu:
“Sungguh mustahil Nabi Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam
menjelaskan bagi ummatnya segala sesuatunya sampai dalam masalah buang air,
namun beliau tidak menjelaskan tauhid kepada mereka.”
Dengan demikian, al-Qur`ân dan as-Sunnah mencakup
segala kebaikan, petunjuk dan arahan yang lurus seluruhnya, baik di dalam
aqidah, ibadah, mu’amalah ataupun akhlaq. Manusia memperoleh keberuntungan
berupa keselamatan dan keistiqomahan sesuai dengan porsinya di dalam bersandar
kepada Kitâbullâh dan Sunnah Nabi-Nya Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam.
Sebagaimana ucapan Mâlik Rahimahullâhu :
السُّـنَّة سَفِيْنَةُ
نُوْحٍ، مَنْ رَكبَهَا نَـجَا، وَمَنْ تَـخَلَّفَ عَنْهَا غَرِقَ
“Sunnah itu bagaikan perahunya Nuh, barangsiapa
menaikinya akan selamat dan barangsiapa yang meninggalkannya akan tenggelam
(binasa).”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar