Dalam beberapa dialog-dialog lintas iman baik di darat maupun di dunia cyber, kerap ditemui penginjil yang hendak membelokkan aqidah umat islam sembari memasukkan aqidah mereka. Dalam hal ini bisa ditemui salah satunya adalah tentang shirootol mustaqiim(jalan yang lurus) yang mereka belokkan maknanya kepada yesus melalui ayat ;
“Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.” (QS. Az-Zukhruf’ 43:61).
Mereka menggunakan ayat ini untuk menafsirkan ayat ihdinasshirootol mustaqiim (tunjukilah kami jalan yang lurus) pada surah al fatihah ayat 6. mereka menafsirkan bahwa jalan yang lurus itu adalah yesus,dimana mereka memasukkan aqidah mereka bahwa jalan lurus adalah mempercayai yesus sebagai bagian dari trinitas dan bahwa yesus menebus dosa umat manusia lewat penderitaannya di kayu salib,dengan muara kesimpulan bahwa jalan lurus itu adalah ‘mempercayai kekristenan’.
Benarkah demikian? Tentu saja tidak. Tafsir kacau ala orang nasrani yang samasekali tidak tahu ilmu tafsir,bahkan mungkin membaca al quran dalam bahasa arabpun mereka tidak bisa. Itu baru dari hal basic ilmu,belum dihitung dengan ketidakmampuan para penginjil tsb dalam memahami konteks dari ayat per ayat(sesuatu yang mereka sendiri tuntut dari muslim yang mengutip bible mereka agar melihat konteks per perikop).
Ada banyak bantahan terhadap serangan aqidah para penginjil ini. Saya rasa menulisnya disini akan jadi tulisan yang panjang. Saya akan membahas sedikit sekaligus menambahkan pada konteks az zukhruf ayat 61 yang jadi titik tengkarnya. Dalam hal ini saya akan mengutip tafsir dari beberapa ulama yang tentu saja menggunakan dalil dalam menjelaskan ayat tersebut,bukan ilmu cok gali cok ala para pneginjil.
Dalam tafsir al qurtubi(salah satu kitab tafsir terbaik selain tafsir at thabari dan tafsir ibnu katsir), menyebutkan bahwa firman Allah tentang isa memberikan pengetahuan tentang hari kiamat,al qurtubi mengutip pendapat ibnu abbas,abu hurairah(mereka sahabat nabi yg berguru langsung kepada nabi muhammad),adh dhahak,as suddi dan qatadah(mereka tabi’in,murid dari para sahabat nabi) berkata;
“yang dimaksud adalah kemunculan Isa a.s,dan ini merupakan sebagian dari tanda2 kiamat. Sebab Allah akan menurunkannya dari langit menjelang terjadinya hari kiamat. Sebagaimana kemunculan Dajjal merupakan sebagian tanda2 kiamat.”
Diriwayatkan dari abdullah bin mas’ud(beliau sahabat nabi yang direkomendasikan oleh nabi sendiri untuk mengajarkan al quran),dia berkata:
“pada malam Rasulullah melakukan isra, beliau bertemu dengan
nabi ibahim,nabi musa dan nabi isa. Mereka kemudian saling mengingatkan tentang
kiamat. Mereka mulai bertanya kepada nabi ibrahim tentang hari kiamat, namun
dia tidak memiliki pengetahuan tentang hal itu. Mereka kemudian bertanya kepada
musa,namun diapun tidak memiliki pengetahuan tentang hal itu. Pertanyaan
kemudian diajukan kepada Isa putra maryam. Isa berkata; “ sesungguhnya hal itu
telah DIBERITAHUKAN KEPADAKU(diberitahukan..redaksi ini berarti bahwa is as
tadinya tidak mengetahui tentang hari kiamat sebelum diberitahukan oleh Allah.
Isa jelas bukan Allah seperti sangkaan penginjil saat membawa ayat surah az
zukhruf ayat 61-penulis.) SESUATU YANG
BUKAN WAKTU TERJADINYA. ADAPUN WAKTU TERJADINYA, TIDAK ADA YANG MENGETAHUINYA
KECUALI ALLAH AZZA WA JALLA”(jelas sekali disini bahwa isa bukanlah Allah). Isa
kemudian menyebutkan kemunculan dajjal. Isa berlata “aku kemudian diturunkan,
lalu aku membunuhnya.”
HR riwayat ibnu majah pada pembahasan fitnah, bab:Fitnah Dajjal dan munculnya
isa al masih putera maryam serta ya’juj ma’juj.
Maka jelas sekali bahwa maksud dari “isa itu benar2 memberikan pengetahuan tentang hari kiamat” adalah bahwa isa mendapat pengetahuan itu dari Allah, itupun sebatas pada tanda2nya saja(isa as sendiri adalah salah satu dari tanda2 tersebut). Sedangkan untuk waktu tepatnya kapan hari kiamat itu terjadi, sebagaimana kata isa as diatas yang mengetahuinya HANYA ALLAH,bukan nabi isa,bukan nabi muhammad,bukan nabi ibrahim dan nabi musa.
Menariknya kata2 di atas paralel dengan kata-kata yesus
di matius pasal 24 ayat 36:
36 “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun
yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa
sendiri."
Sedangkan untuk frasa “jalan yang lurus” bukanlah seperti anggapan penginjil bahwa itu bermaksud mengimani isa as adalah bagian dari trinitas ataupun isa as mati disalib lalu bangkit pada hari ketiga seperti kepercayaan nasrani trinitarian. Maksud dari frasa tersebut justru dijelaskan pada ayat berikutnya;
“Dan tatkala Isa datang membawa keterangan dia berkata: “Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmat dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah (kepada)ku. SESUNGGUHNYA ALLAH DIALAH TUHANKU DAN TUHAN KAMU MAKA SEMBAHLAH DIA, INI ADALAH JALAN YANG LURUS.”
Az zukhruf ayat 63-64
Terang benderang pada ayat berikutnya bahwa jalan yang lurus itu,shirootol mustaqim adalah MENGIMANI ALLAH ADALAH TUHANNYA ISA AS,dengan penekanan isa as agar bertakwa KEPADA ALLAH, BUKAN kepada isa as. Lalu di ayat 65,secara jelas Allah mengancam dengan kecelakaan bagi kaum yang dzalim, yang dijelaskan para penafsir al quran bahwa yang dimaksud adalah orang2 yahudi dan nasrani;
Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah:
“Kelompok Yahudi dan Nasrani berbeda pendapat dalam menentukan siapa sebenarnya Isa. Apakah dia Tuhan, ataukah putera Allah, ataukah salah satu Tuhan dari tiga Tuhan (trinitas)? Kebinasaan dan azab yang pedi pada hari kiamat adalah bagi mereka yang mengingkari dan menyekutukan Allah dan tidak melaksanakan syariat-Nya.”
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
“ketika nabi isa datang kepada mereka dengan membawa risalah itu, “maka beselisihlah golongan-golongan (yang terdapat),” mereka yang berpihak pada kedustaan, “diantara mereka,” masing-masing mengatakan pekataan batil tentang nabi isa dan menolak risalah yang dibawanya kecuali oang-orang beriman yang mendapat petunjuk Allah, mereka yang bersaksi atas kerasulannya dan membenarkan apa yang dibawanya dan mengatakan bahwa nabi isa adalah hamba dan rasul Allah.
“lalu kecelakaan yang besarlah bagi orang-oang yang zhalim dari siksaan hari yang pedih (kiamat),” yaitu, alangkah besarnya kesedihan orang-oang zhalim dan alangkah besarnya kerugian mereka pada hari itu.”
Tafsir al qurtubi:
“tentang mereka,ada dua pendapat:
Pertama,mereka adalah ahlul kitab orang2 Yahudi dan nasrani,dimana sebagian dari mereka kemudian berselisih dengan sebagian yang lain. Pendapat ini dikemukakan oleh imam mujahid dan as suddi(tabi’in-murid para sahabat nabi).
Kedua, mereka adalah orang2 nasrani yang terbagi ke dalam kelompok nusthuriyah(nestorian),malikiyah, dan ya’aqibah. Mereka berbeda pendapat tentang isa. Yaaqibah mengatakan bahwa isa adalah Allah,malikiyah mengatakan isa adalah yang salah satu oknum dari trinitas,nutshuriyah mengatakan bahwa isa adalah anak Allah.
Jadi,sangat berkebalikan dengan klaim jalan lurus versi penginjil yang mencomot surah az zukhruf ayat 61, ayat2 selanjutnya malah jadi peluru argumen yang membantah mereka,bahkan lebih dari itu, mengancam mereka dengan siksaan pedih pada hari kiamat. Jalan lurus yang dimaksud oleh isa dalam surah az zukhruf ayat 64 adalah MENYEMBAH DAN BERTAKWA KEPADA ALLAH SEMATA,bukan menyembah dan menuhankan isa as.
Lalu siapakah orang2 yang berada
di jalan lurus itu?
Surah al fatihah telah menjelaskannya;
“(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
Qs al Fatihah ayat 7
Kita lihat tafsirnya(ini tafsir sesuai kaidah ilmu tafsir,bukan cok gali cok ala penginjil);
Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
“Jalannya orang-orang yang Engkau anugerahi nikmat, yaitu para malaikat, para nabi, orang-orang yang membenarkan (agamaMu), orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih”
Tafsir as-Sa'di / Syaikh
Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
“Adapun jalan yang lurus itu adalah “jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka” dari para nabi orang-orang yang benar dalam keimanan para syuhada dan orang-orang sholeh.”
Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
“Mereka adalah orang-orang yang disebutkan dalam surat an-Nisa’ ayat 69-70 : “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu dengan Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan cukuplah Allah (sebagai Dzat yang) Maha mengetahui.”
Tafsir al qurtubi:
“para ulama berbeda pendapat tentang apa yang dimaksud dari nikmat yang diberikan oleh Allah kepada mereka? MAYORITAS ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan nimat tersebut adalah jalan para nabi,shiddiqin,syuhada, dan orang2 yang shalih. Mereka menyimpulkan itu dari firman Allah;
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu dengan Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. “
Qs an nisa ayat 69
Lalu dimana posisi kaum nasrani?
Kita lihat tafsir berikutnya;
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
..Dan “bukan” jalan orang “yang dimurkai” yaitu orang yang mengetahui kebenaran namun meninggalkan kebenaran tersebut seperti Yahudi dan semisal mereka dan “bukan” pula jalan “orang-orang yang sesat” yaitu orang-orang yang meninggalkan kebenaran karena kebodohan dan kesesatan seperti orang-orang Nasrani dan semisal mereka.”
Al-Mishbahul Munir fi Tahdzib Tafsir Ibnu Katsir / Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri et. al.
Firman-Nya, [غَيْرِ المَغْضُوْبِ عَلَيهِمْ وَلَا الضَّالِّيْنَ ] “Bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.” Maknanya, tunjukilah kami jalan yang lurus, yakni jalan orang-orang yang telah Engkau berikan nikmat kepada mereka. Yaitu mereka yang memperoleh hidayah, istiqomah dan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, bukan jala orang-orang yang mendapat murka, yang kehendak mereka telah rusak, meskipun mereka mengetahui kebenaran, namun mereka menyimpang darinya. Bukan pula jalan orang-orang yang sesat, yaitu mereka yang tidak memiliki ilmu, sehinga mereka berada dalam kesesatan serta tidak mendapatkan jalan menuju kebenaran.
Kalimat dalam ayat ini dipertegas dengan kata لَا (bukan), untuk menunjukkan bahwa di sini terdapat dua jalan yang rusak. Yaitu jalan orang-orang Yahudi dan jalan orang-orang Nasrani. Juga untuk membedakan antara kedua jalan itu, agar setiap orang menjauhkan diri darinya. Karena jalan orang-orang yang beriman itu mencakup pengetahuan tentang kebenaran dan pengamalannya. Sementara orang-orang Yahudi tidak memiliki amal. Adapun orang-orang Narani tidak memiliki ilmu. Oleh karena itu kemurkaan untuk orang-oran Yahudi dan kesesatan untuk orang-orang Nasrani. Karena orang yang berilmu namun tidak mengamalkannya maka dia berhak mendapatkan kemurkaan, berbeda dengan orang yang tidak memiliki ilmu.
Sedangkan orang-orang Nasrani, ketika mereka hendak melakukan sesuatu, mereka tidak memperoleh petunjuk kepada jalannya. Karena mereka tidak menempuhnya melalui jalan yang semestinya, yaitu mengikuti kebenaran. Maka masing-masing dari mereka sesat dan mendapatkan murka. Sifat kaum Yahudi yang paling khusus adalah mendapat kemurkaan, sebagaimana firman Allah tentang mereka:
مَنْ لَعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ
“Yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah” (QS.al-Maidah:60).
Sedangkan sifat khusus kaum Nasrani adalah kesesatan, sebagaimana firman Allah tentang mereka:
قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ
“Orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus". (QS.al-Maidah: 77).
Masalah ini banyak disebutkan dalam hadits serta atsar, dan menjadikan sudah cukup jelas.
Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Adi bin Hatim , ia berkata: “Datanglah pasukan Rasulullah , lalu mereka menawan bibiku dan beberapa orang lainnya. Ketika pasukan membawa mereka ke hadapan Rasulullah, mereka berbaris di hadapan Baginda. Bibiku berkata:’Ya Rasulullah, utusan telah menjauh dan anak telah terputus. Sementara aku hanyalah wanita tua. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Lepaskanlahaku, semoga Allah memberkahimu.’ Rasulullah bertanya kepadanya: ‘Siapakah utusanmu?’ Ia menjawab:’Adi bin Hatim’ Rasulullah berkata: ‘Orang yang melarikan diri dari Allah dan Rasul-Nya? Bibiku berkata: ‘Bebaskanlah aku!’ Ketika Rasulullah kembali, seorang laki-laki yang berada di samping beliau (kami mengira ia Ali ) berkata: ‘Mintalah unta tunggangan’, maka kemudian baginda memberinya. Lalu bibiku menemuiku, ia berkata:’Sungguh engkau telah melakukan suatu perkara yang tidak pernah ayahmu lakukan, sekarang datangi ia (Rasulullah ) baik kamu suka ataupun takut, karena pernah datang kepadanya seseorang kemudian diberi, ada lagi yang datang lalu diberi’. Kemudian –kata Adi- aku datangi baginda, ternyata di dekat baginda sedang ada seorang perempuan dan beberapa anak kecil. Ia menyebutkan keakraban mereka dengan Nabi . Adi berkata:’Maka aku sadar bahwa baginda bukanlah seperti raja Kisra dan Kaisar. Lalu Nabi berkata: “Hai Adi, apa yang menyebabkanmu lari ketika hendak dikatakan laa ilaaha illallaah?” Bukankah tidak ada Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah? Apa yang membuatmu lari ketika hendak dikatakan Allahu Akbar, adakah sesuatu yang lebih besar selain Allah?”.
‘Adi melanjutkan: “Maka aku pun masuk Islam dan aku lihat wajah beliau berseri-seri”. Baginda bersabda: “Sesungguhnya yang dimurkai itu adalah orang-orang Yahudi, sedangkan yang sesat itu adalah orang-orang Nasrani.” Ia (perawi) menyebutkan kelanjutan hadits. Hadist ini juga diriwayatkan oleh imam Tirmidzi, ia berkata: “Hasan Gharib.”
jadi,alih-alih jalan lurus shirootol mustaqim diklaim adalah mereka yang mengimani ketuhanan yesus, yang ada mereka disebut sebagai ‘orang-orang yang sesat’ menurut al quran,hadist nabi dan para mufassirin. Ini bagaikan peribahasa “menepuk air di dulang,terpercik muka sendiri”.
Bahkan ada ancaman Allah bagi orang2 yahudi dan nasrani yang mengingkari Allah dan kenabian muhammad saw;
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.”
Qs al bayyinah ayat 6
Wallahu ‘alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar